Hanifa mendapatkan buku hariannya yang pertama. Dua hari yang lalu saya membelikannya sebuah buku catatan kecil dengan sampul bergambar cake strawberry. Dia sendiri yang memilih buku itu di antara jejeran di rak toko itu. Saya mengatakan, di buku ini Hanifa mencatat apa saja yang Hanifa kerjakan hari ini, bagaimana rasanya dan apa yang paling Hanifa suka. Saya yang akan menuliskan apa yang ingin dia catat di buku itu.
Pada hari pertama, dia masih belum yakin dengan apa yang akan direkam dari pengalamannya di hari itu. Saya membantu dia mengingat apa yang sudah dia alami dan dia memilih satu yang paling berkesan. Dia menceritakan pengalaman itu, dan saya mencatatkannya. Catatan hari pertamanya berbunyi begini:
hari ini hanifa dibelikan kalung sama ibu di nagasakiya. ifa dan ibu pergi belanja, rasyad juga ikut. besok-besok kalau harinya panas, kita pergi lagi ya.
Hari ini dia sudah lebih yakin dengan apa yang perlu dicatatnya. Menjelang tidur tadi, dia minta saya untuk mencatatkan pengalamannya hari ini ke dokter karena sakit pilek. Dia kelihatan senang punya buku catatan harian sendiri. Buku itu dia simpan dekat kumpulan barang-barang berharganya, pensil, gunting, lem dan penghapus.
Ini buku tulis kedua yang pernah saya belikan buat dia. Buku tulis yang pertama--berwarna kuning dengan pinggiran spiral dan gambar sampul karakter anime--dia gunakan untuk menulis sendiri. Tentu saja bukan tulisan yang dapat dibaca, tapi coretan-coretan kecil mengikut garis buku yang dia buat dalam gaya seperti sedang menulis. Perkenalan lewat buku pertama itu membuat dia tidak asing lagi dengan ide tentang buku catatan harian.
No comments:
Post a Comment