Pippa

Di pameran buku bulan lalu saya membelikan beberapa buku untuk Hanifa. Saya suka membelikan buku untuk Hanifa, karena setiap buku itu benar-benar dinikmatinya untuk waktu yang lama. Sampai sekarang dia masih suka buku-buku yang pertama kali dibacakan kepadanya ketika dia berusia satu tahun, seperti dua buku dalam serial Winnie the Pooh First Reader dan buku Richard Scarry. Menyediakan sebuah buku baru untuk anak seperti membukakan daerah jelajah baru untuk pikirannya. Dan dia tidak pernah bosan masuk ke dalamnya, mengulangi lagi cerita yang sama, sampai buku itu rusak, halamannya lepas-lepas dan sampulnya lecek. Kita yang membacakannyalah yang lebih cepat bosan dan kehilangan ketertarikan.

Favoritnya di antara buku baru ini adalah buku yang berjudul Pippa Mouse's House. Buku ini merupakan salah satu judul dalam serial Jellybeans Book terbitan Random Kids yang ditujukan untuk anak usia 3-5 tahun. Saya pertama kali mengenal serial Jellybeans Book pada pameran buku tahun lalu. Menurut saya serial ini baik untuk anak usia sasarannya. Gambarnya bagus, ceritanya menarik dan sederhana.

Pippa Mouse's House bercerita tentang seekor tikus kecil bernama Pippa yang tidak bisa main keluar rumah karena hari hujan. Dia duduk di jendela memperhatikan hujan turun. Karena bosan menunggu, Pippa minta ibunya untuk bercerita, tapi ibunya tidak bisa segera memenuhi permintaan itu karena ada pekerjaan yang harus diselesaikannya. Pippa menawarkan bantuan. Setelah pekerjaan itu selesai, Pippa mengulangi permintaannya, tapi masih belum bisa dipenuhi lagi karena ternyata air hujan mulai masuk ke rumah mereka. Pippa bilang dia akan menutupkan pintu agar rumah mereka tidak kebanjiran. Tapi rupanya rumah tikus di kaki pohon itu tidak berpintu. Pippa lantas bekerja membuatkan pintu untuk rumah mereka. Setelah pekerjaan itu selesai barulah Pippa dan ibunya bisa duduk santai di depan perapian untuk bercerita. Ibunya bercerita tentang tikus kecil pemberani yang membuatkan pintu untuk rumah ibunya--cerita yang menumbuhkan kebanggaan pada Pippa.

Cerita ini menyampaikan pesan penting tentang mengutamakan kerja sebelum bermain. Jalan ceritanya sederhana dan dekat dengan pengalaman anak-anak. Saya kira inilah yang membuat Hanifa sangat suka. Dia jadi sering berakting sebagai Pippa di rumah, mencobakan skenario cerita itu dalam kesehariannya. Cerita-cerita sederhana seperti ini bisa dengan cepat menanamkan pengertian dan nilai-nilai pada anak.

Belakangan Hanifa sering minta saya untuk "bercerita dari mulut"--istilah yang dia ciptakan untuk bercerita langsung tanpa membaca buku. Ini berarti saya mesti mengarang cerita baru on the spot. Saya memanfaatkan kesempatan ini untuk menyelipkan pesan tentang kejujuran, keberanian, pentingnya menepati janji, dan persahabatan. Kadang-kadang saya bisa mengarang cerita yang bagus, tapi tidak jarang saya kekeringan ide dan bercerita asal-asalan. Saya jadi ingin mencatat "cerita dari mulut" yang kebetulan bisa bagus.
Hanifa dibawa ke dokter hari ini karena sakit radang tenggorokan. Panas badannya siang tadi sampai 39,4 derajat. Belakangan dia agak sering kena radang tenggorokan. Cuaca sedang gampang berubah di titik pergantian musim ini. Suhu udara naik-turun. Kurang dari dua bulan yang lalu dia kena penyakit yang sama, tapi panasnya tidak setinggi ini.

Kalau sedang sakit Hanifa biasanya suka minta gendong, matanya kelihatan sayu, badan lemas, nafsu makannya hilang dan tidak mau main. Melihat dia sakit adalah sudah sebuah derita. Tapi kali ini derita itu bertambah karena, ketika panas badannya sedang tinggi siang tadi, saya ingin menggendongnya dan menemani dia tidur, tapi dia menolak dengan berkata, "Ibu ke tempat Rasyad saja, Rasyad kan anak baik."

Saya tertegun mendengar perkataan itu. Apakah keadaan bayi Rasyad yang masih perlu serba dilayani sudah membuat dia merasa tersisih? Apakah diam-diam dia mengambil kesimpulan bahwa Rasyad lebih disayangi sekarang ini? Apakah dia merasa kalah dan kecewa? Tapi saya lihat di wajahnya tidak ada raut sedih atau kecewa ketika mengucapkan kalimat tadi. Semoga kekhawatiran saya keliru, saya akan sangat sedih kalau kesimpulan-kesimpulan itu benar.