Hanifa mulai menuntut kemandirian dalam soal ke kamar kecil. Setiap mau masuk toilet, dia bilang, "Biar Ifa sendiri, ibu di luar aja." Kemudian dia tutup pintunya rapat-rapat.

Mestinya saya senang, bisa berlepas tangan untuk satu urusan ini. Tapi saya masih belum bisa sepenuhnya percaya bahwa dia bisa menyelesaikan urusan di dalam sana sendirian. Kadang saya tidak tahan untuk tidak bertanya atau mengintip, apakah dia bisa membilas, memotong tisu, mengelap dan memasang kembali celananya dengan baik.

Pernah saya buka pintunya tanpa izin, dia marah, mengusir saya keluar lagi. Tapi kalau saya mengetuk dan bertanya dari luar, dia mengizinkan saya masuk dan membantu dia untuk bilasan terakhir. Sikap dia membuat saya belajar bahwa dia juga perlu dipercaya. Dia juga punya privasi yang tidak boleh dilanggar. Saya mesti mengabaikan keraguan saya dan membiarkan dia melangkah maju mempercayai kemampuannya sendiri.

No comments: