Dia mulai bisa membaca. Bukan huruf alfabet, tapi aksara hiragana Jepang. Setiap bertemu tulisan hiragana, dia spontan melewatkan jarinya pada tulisan itu, membaca hurufnya satu per satu. Dia mencoba membaca sendiri buku cerita anak-anak yang dipinjam di perpustakaan. Tapi dia masih belum betah berlama-lama membaca. Setelah satu dua kalimat diejanya dengan betul, dia melanjutkan bacaan dengan kata-katanya sendiri.
Hiragana itu aksara fonetik. Satu aksara mewakili satu suku kata. Mengeja rangkaiannya lebih mudah dibanding mengeja huruf alfabet. Tidak heran anak-anak Jepang sampai dewasa kadang kesulitan untuk membaca alfabet, karena terbiasa dengan hiragana dan katakana.
No comments:
Post a Comment