Hanifa dapat sepeda dari Said. Seminggu sebelum hari ulang tahunnya yang ketiga. Sepeda roda empat seperti yang sering disewa di Koganei Koen, tapi kali ini dia bisa menyebut sepeda itu sebagai miliknya. Sepeda itu datang dalam keadaan kotor dan sedikit rusak. Ban belakangnya kempes, remnya blong. Lumpur menempel di mana-mana, kena cipratan hujan, kantong di setangnya pudar kena sinar matahari karena sepeda itu tidak disimpan di tempat teduh.
Hanifa begitu gembira mendapat sepeda itu. Dia langsung mencoba menaikinya malam itu di teras selepas mengantar kepulangan keluarga Pak Edi habis pengajian di tempat kami. Besok paginya dia segera mendesak ayahnya untuk memperbaiki ban sepeda itu, dengan tidak sabar menunggui dan menanyai kemajuan perbaikan itu tiap sebentar. Ketika selesai sore itu, dia mencobanya di jalan.
Mulai keesokan harinya, bersepeda jadi kegiatan pagi kalau cuaca cerah. Saya mengiringinya dengan berjalan kaki, ke Nogawa, belanja ke Coop dan ke Hokenjo. Hanya ke daerah sekitar itulah jarak yang mampu dia tempuh dengan mengayuh sepedanya. Itu pun sering kali dia harus didorong agar dapat memulai mengayuh pedalnya.
Dia pernah jatuh sekali, ketika lewat di jalan menurun dekat Nogawa. Saya terlambat mengejarnya dan dia tidak bisa mengendalikan setang ataupun mengerem. Satu roda belakangnya terangkat, tidak menyentuh jalan. Sepeda oleng, Hanifa terjungkal ke jalan. Sedikit lecet di dekat alis dan lututnya.
Setiap orang yang belajar naik sepeda memang harus mengalami yang seperti itu sedikitnya satu kali.
Foto Hanifa bersepeda
No comments:
Post a Comment