Ada satu keterampilan hidup yang diperoleh Hanifa selama tinggal di Tokyo yang barangkali bakal hilang ketika kembali ke Indonesia. Keterampilan memilah sampah. Perlahan-lahan dia menumbuhkan kewaspadaan soal itu. Kami sering meminta bantuannya untuk membuangkan sampah ke tempatnya disertai dengan instruksi untuk memilah sampah dapur, sampah plastik, sampah kertas, botol pet dan kaleng sesuai aturan pembuangan sampah di tempat kami tinggal. Sebelum bergerak ke tempat sampah dia minta penegasan sekali lagi tentang jenis sampah yang akan dibuangnya dan tempat yang sesuai dengan masing-masingnya. Sampah dapur di bak biru, sampah plastik di bak hitam, dan seterusnya.

Dia jadi cukup kritis soal pembuangan sampah yang sembarang. Ketika melihat gambar dalam buku Seri Cerita Balita, yang memperlihatkan gambar tempat sampah di rumah Nisa berisikan pecahan gelas dan kulit pisang, dia menunjukkan kesalahan itu. Sampah sisa makanan tidak boleh dicampur dengan sampah pecahan gelas. Kesadarannya tumbuh secara alamiah karena hal itu dia alami sehari-hari, bagian dari kegiatan kesehariannya. Setiap hari dia dapat memperhatikan bahwa jenis sampah yang diletakkan ke luar rumah berbeda-beda menurut harinya. Ketika pergi ke taman dan tempat-tempat umum, ada bak sampak berbeda untuk jenis sampah yang berbeda.

Ketika kembali ke Indonesia nanti dia tentu akan membawa bersamanya kewaspadaan itu, dan akan terkejut menemukan bahwa semua sampah bisa dibuang di bak yang sama. Keterampilan ini tidak terpakai dan perlahan-lahan bisa menghilang dari kesadarannya. Tapi saya ingin tetap mempertahankannya. Semoga dalam waktu tidak lama, pemilahan sampah pun mulai dilakukan di Indonesia.

No comments: