Sejak beberapa bulan lalu Hanifa sudah tidak butuh tidur siang, dan saya pun sudah melupakan usaha untuk membuat dia terlelap sebentar di tengah hari. Energi dan perhatiannya seperti tidak habis-habisnya untuk bermain. Waktu seolah-olah tidak cukup. Sejenak setelah bangun tidur dia sudah mulai membangunkan pula boneka-bonekanya. Mereka dikeluarkan dari kotak-kotak bekas kiriman dari amazon yang kini berfungsi sebagai tempat tidur boneka-bonekanya di malam hari. Semua harus bangun, yang berarti berpindah dari posisi mereka. Cara yang paling gampang buat dia melakukan itu adalah dengan membalik kotak-kotak itu dan menumpahkan semua isinya. Itulah keadaan awal ruang depan kami di pagi hari. Segala variasinya akan terjadi dalam seharian hingga kantuk menjemput nyala matanya.
Saya pernah bertanya, kalau ada gempa besar dan kebakaran (dia sudah tahu tentang fatalnya kedua bencana itu), barang apa yang akan dia selamatkan. Tanpa pikir panjang dia menjawab, mainan. Bermain adalah dunianya. Tidak ada yang lebih penting dari itu.
Kegiatan yang paling disenangi Hanifa saat ini adalah mewarnai gambar. Hampir semua halaman di buku Pre-K Jumpstart telah tersentuh krayonnya. Awalnya dia hanya mewarnai gambar yang memang perlu diwarnai, halaman yang hitam-putih. Setelah semua habis dia lantas mencari bagian gambar yang tidak hitam putih di halaman lain. Setelah itu pun habis, dia akhirnya mencoretkan crayon bahkan di gambar yang sudah berwarna. Saya sering mem-print halaman-halaman coloringbookfun.com untuk dia. Pada puncaknya kegemarannya dia pernah menunda tidur malam karena asyik mewarnai tiga buku mewarnai baru yang dihadiahkan Dwi: Seri Mewarnai Anak Muslim terbitan Mizan yang dibawakan ayahnya dari Indonesia akhir September lalu.
Tentu saja hasil pewarnaan dia belum rapi. Banyak coretan yang keluar garis. Dia juga belum peduli soal pilihan warna. Buaya berwarna hijau, kiwi berwarna biru, pohon berwarna ungu atau iguana oranye. Dia baru mengenal keasyikan baru ini, dia sedang melatih tangannya mencoretkan krayon pada suatu bentuk. Meski masih banyak tarikan garis yang keluar dari batas itu, tapi dia tahu bahwa warna itu ditujukan untuk satu sosok tertentu. Dia belum menggunakan banyak warna untuk satu halaman. Kalau di tangannya sedang ada satu krayon, makan warna itulah yang akan mengisi seluruh halaman yang ingin diwarnainya.
Tentu saja hasil pewarnaan dia belum rapi. Banyak coretan yang keluar garis. Dia juga belum peduli soal pilihan warna. Buaya berwarna hijau, kiwi berwarna biru, pohon berwarna ungu atau iguana oranye. Dia baru mengenal keasyikan baru ini, dia sedang melatih tangannya mencoretkan krayon pada suatu bentuk. Meski masih banyak tarikan garis yang keluar dari batas itu, tapi dia tahu bahwa warna itu ditujukan untuk satu sosok tertentu. Dia belum menggunakan banyak warna untuk satu halaman. Kalau di tangannya sedang ada satu krayon, makan warna itulah yang akan mengisi seluruh halaman yang ingin diwarnainya.
Hanifa berkirim email dengan kawan-kawan di Sesame Street. Elmo, Bigbird, Cookie Monster, Bert, Ernie, Telly, Zoe dan Grover. Kalau mau mengambil kejutan postcard dari situsnya, ada kata kunci yang harus dimasukkan, yang diambil dari jawaban email dari mereka. Ini catatan kata-kata kuncinya, kalau kapan-kapan mau mengambil gambar itu, tidak perlu repot mengirim email lagi:
palm. farm, butterfly, spicker, firefly, sub, park, playground, circus, blocks, kite, wagon, skate, swing, sled, bananas, stamps, caps, meatballs, sweets, guitar.
palm. farm, butterfly, spicker, firefly, sub, park, playground, circus, blocks, kite, wagon, skate, swing, sled, bananas, stamps, caps, meatballs, sweets, guitar.
Buku itu berjudul HarperCollins Treasury of Picture Book Classics: A Child's First Collection. Saya baru membelinya di Amazon pekan terakhir bulan September. Dalam buku itu tergabung dua belas buku cerita bergambar untuk anak-anak, sejak buku terpopuler Goodnight Moon yang terbita pada 1947 hingga Pete's Pizza dari William Steig terbitan tahun 1998. Hanifa senang sekali dengan buku itu. Setiap hari sejak kedatangan buku itu dia minta dibacakan berulang-ulang. Dalam sehari bisa sampai lima-enam kali. Tidak mesti berurutan menurut isi buku.
Yang sering menjadi pilihan awalnya adalah Baby Says. Cerita ini hanya mengandung empat kalimat: Oh oh, No no, Okay baby okay, dan Baby says okay. Tapi jalan ceritanya sangat menarik bagi Hanifa, tentang seorang adik bayi dengan kakaknya. Si adik ingin ikut bermain bersama si kakak di luar kotak kurungannya. Untuk memancing perhatian kakaknya, dia melempar keluar boneka beruangnya berulang kali hingga kakaknya mengerti apa yang dia maksud dengan tindakan itu. Setelah diangkat keluar, si adik mencoba menarik perhatian lagi dengan melemparkan bonekanya ke bangunan balok yang sudah disusun si kakak. Kakaknya jadi cemberut. Hanifa senang memperhatikan gambar adegan yang satu ini. Wajah si kakak yang berkerut berhadap-hadapan dengan wajah adik bayi yang tersenyum nakal. Setelah itu si adik mencoba bicara seperti kakaknya, Okay, kemudian digambarkan pada halaman terakhir sedang berusaha menyusun kembali balok-balok kakaknya. Gambar dalam cerita ini sangat realistik. Ekspresi wajah begitu kentara terbaca. Saya kira anak-anak bisa belajar mengerti ekspresi wajah dari cerita ini.
Setelah itu dia paling suka cerita Harold and the Purple Crayon tentang seorang anak dengan krayon ajaibnya. Dia bisa menggambar sesuatu yang menjadi nyata. Menggambar jalan yang kemudian bisa ditempuhnya, menggambar pohon apel yang dijagai dinosaurus yang membuat dia ketakutan, menggambar air yang bisa membuat dia tenggelam dan berlayar di atasnya dengan gambar perahu layar kecil. Cerita yang sangat imajinatif. Gambarnya jauh lebih sederhana dibanding cerita Baby Says, tapi sangat meluaskan imajinasi.
Selama seminggu buku itu jadi bacaan favorit Hanifa. benar-benar dia tidak tertarik menyentuh buku yang lain selama itu. Saya sampai hafal isi cerita kedua belas buku itu saking seringnya membacakannya untuk dia. Tapi setelah lewat periode itu, sampai sekarang, buku itu tergeletak saja di tengah tumpukan dalam kotaknya.
Pesan di Amazon.co.jp
Yang sering menjadi pilihan awalnya adalah Baby Says. Cerita ini hanya mengandung empat kalimat: Oh oh, No no, Okay baby okay, dan Baby says okay. Tapi jalan ceritanya sangat menarik bagi Hanifa, tentang seorang adik bayi dengan kakaknya. Si adik ingin ikut bermain bersama si kakak di luar kotak kurungannya. Untuk memancing perhatian kakaknya, dia melempar keluar boneka beruangnya berulang kali hingga kakaknya mengerti apa yang dia maksud dengan tindakan itu. Setelah diangkat keluar, si adik mencoba menarik perhatian lagi dengan melemparkan bonekanya ke bangunan balok yang sudah disusun si kakak. Kakaknya jadi cemberut. Hanifa senang memperhatikan gambar adegan yang satu ini. Wajah si kakak yang berkerut berhadap-hadapan dengan wajah adik bayi yang tersenyum nakal. Setelah itu si adik mencoba bicara seperti kakaknya, Okay, kemudian digambarkan pada halaman terakhir sedang berusaha menyusun kembali balok-balok kakaknya. Gambar dalam cerita ini sangat realistik. Ekspresi wajah begitu kentara terbaca. Saya kira anak-anak bisa belajar mengerti ekspresi wajah dari cerita ini.
Setelah itu dia paling suka cerita Harold and the Purple Crayon tentang seorang anak dengan krayon ajaibnya. Dia bisa menggambar sesuatu yang menjadi nyata. Menggambar jalan yang kemudian bisa ditempuhnya, menggambar pohon apel yang dijagai dinosaurus yang membuat dia ketakutan, menggambar air yang bisa membuat dia tenggelam dan berlayar di atasnya dengan gambar perahu layar kecil. Cerita yang sangat imajinatif. Gambarnya jauh lebih sederhana dibanding cerita Baby Says, tapi sangat meluaskan imajinasi.
Selama seminggu buku itu jadi bacaan favorit Hanifa. benar-benar dia tidak tertarik menyentuh buku yang lain selama itu. Saya sampai hafal isi cerita kedua belas buku itu saking seringnya membacakannya untuk dia. Tapi setelah lewat periode itu, sampai sekarang, buku itu tergeletak saja di tengah tumpukan dalam kotaknya.
Pesan di Amazon.co.jp
Subscribe to:
Posts (Atom)