Hanifa belum mengerti apa arti janji dan konsekuensi sebuah kata-kata. Saya minta dia berjanji tidak akan pipis di celana lagi. Dia mengangguk dan mengiyakan berkali-kali dengan sangat meyakinkan. Detik berikutnya yang saya ketahui, celananya sudah basah di tempat dia duduk di atas bantalan kursi. Saya tuntut janjinya yang tadi, seperti tak ada bekas di wajahnya bahwa dia pernah bertekad untuk tidak melakukan itu. Dia hanya mengucapkan kata janji tanpa tahu bahwa dari situ ada sebuah sikap yang dituntut darinya.

No comments: