Saya pikir saya telah memberikan didikan yang baik ketika beberapa kali saya meminta tolong pada Hanifa dan dia melaksanakan perintah itu dengan baik. Mengambilkan botol minuman, menyimpan barang-barang, mengambilkan tisu, membersihkan meja dan lain-lain. Dia mulai bisa dilibatkan dalam tugas-tugas ringan di dalam rumah. Tentu saya sangat senang melihat itu. Setiap kali ada suatu keperluan yang kira-kira bisa dia lakukan, saya pun akan minta tolong dengan gembira.

Tapi saya tidak segera sadar bahwa pada saat yang sama saya sedang memberi contoh. Belakangan dia sering melakukan yang sama terhadap saya, secara sangat persis. Dia meminta tolong pada saya di saat-saat dia butuh sesuatu, mengucapkan permintaan tolongnya dengan intonasi yang sama. Karena itu kadang-kadang terasa seperti perintah yang tidak pantas diucapkan anak kepada orangtua.

Apa yang dilakukannya tentu saja tidak salah. Saya hanya kaget betapa cara dia berbicara dan bertindak begitu mirip dengan orangtuanya, karbon kopi. Darimana lagi saya berharap dia akan mendapat contoh dan belajar kalau bukan dari orangtua yang setiap saat ada bersama dia. Tapi saya ingin juga menanamkan sedikit sopan santun berbicara pada orangtua. Yang ditirunya sekarang adalah cara bicara orangtua kepada anak, terasa tidak pantas ketika dia mengucapkannya. apakah mungkin harapan itu terlalu dini? Uh, betapa angkuhnya orangtua, ya. Gila hormat!

No comments: