Tengah malam Hanifa terbangun dari mimpinya. Kata-kata yang diucapkannya bisa sangat aneh. Pukul dua, hari masih gelap, saya tertidur nyenyak, tiba-tiba dia berteriak keras, "Ifa mau siram bunga!" menjerit sambil matanya mengatup. Memaksa. Tak ada penjelasan yang bisa dia terima. Tapi akhirnya dia menyerah karena lelah dan kantuk, minta minum kemudian tidur lagi. Tidak lama, terbangun lagi. Minta supaya botol minumnya diisi lagi. Wah, rasanya ingin marah. Dia betul-betul tidak mengerti batas kemungkinan. Setelah melewati pergulatan, dia kembali tidur. Pagi pukul enam, dia tersentak lagi dari mimpinya, minta “naik sepeda di kamar mandi”! Begitu persisnya kalimat yang diucapkannya. Saya ingin ketawa, dia tidak butuh alasan. Jawaban ya maupun tidak, tidak bisa mempengaruhi. Tidak bisa menenangkannya. Dia hanya menyerah pada keadaan, minta minum, kemudian tidur lagi.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment