Mukena memang bukan barang baru buat Hanifa. Dia sudah mengenalnya sejak setahun belakangan ini. Dia sudah sering mengenakannya ketika ikut shalat, mencoba beragam cara untuk memasangnya, di kaki, di tangan, dibalik, dan dijadikan syal . Waktu masih baru, dia sangat bersemangat memakainya dengan lengkap. Dia belum bisa memakainya sendiri, selalu minta dipasangkan. Kemudian dia beranjak ingin coba memasangnya sendiri, sama sekali tidak mau menerima bantuan meskipun kelihatan begitu sulit memasang bagian atas, menemukan lubang untuk kepala dan memasang talinya ke belakang kepala. Hanya kalau dia sudah menyerah dan minta bantuan campur tangan kami diperbolehkannya.
Sekali waktu dia pernah mendesak memasang mukena sebagai sarung, memaksa kakinya masuk ke lubang kepala. Tentu saja tidak bisa. Tapi dia memaksa. Di masa yang lain hanya mau memakai sarungnya saja karena memasang mukena terasa terlalu sulit dan dia sedang tidak mau repot. Waktu itu dia sudah tidak lagi terpukau dengan mukena dan kemiripannya dengan yang saya pakai waktu shalat. Pada puncaknya dia tidak mau memakainya sama sekali waktu ikut shalat.
Malam ini dia mendapat penyegaran dalam memakai mukena, dia menemukan ransel putih kecil bergambar Teletubbies hijau pembungkus mukena itu ketika ikut membantu saya membongkar lemari. Di dalam ransel ada selembar kain kecil berlapis gabus yang dipakai sebagai tempat sujud. "Seperti yang dipakai mio itu ya," katanya. Dia langsung mengajak saya shalat saat itu juga. Belum masuk waktu maghrib, saya tidak ikut tapi hanya membantu dia memasang mukena dengan lengkap. Matanya berbinar terpusat pada tangan saya yang memegang mukena untuk dipasangkan ke wajahnya. Malam ini mukena jadi mainan yang sangat menarik lagi.
No comments:
Post a Comment