Saya kadang merasa bersalah jika karena sebuah kesibukan yang mendesak, saya hanya bisa menanggapi Hanifa dengan hmmm dan oooya yang dibuat-buat. Dia tampaknya juga bisa membedakan komentar yang penuh perhatian dan yang asal-asalan. Tentu saja dia tidak puas jika komentar asal-asalan itu berlangsung lama. Kalau sudah begitu konsentrasi bermainnya akan buyar, dia akan menempel dan merengek di dekat saya. Dia makin banyak bicara, makin menuntut komentar dan jawaban sungguh-sungguh saya. Dia tarik saya untuk ikut dalam permainannya, atau dia yang harus terlibat dalam pekerjaan saya. Dia minta merekam suaranya di Zaurus atau minta game sesame street di komputer, atau minta dibacakan buku yang saya sedang baca dengan suara keras.

No comments: