Hanifa mengambil selimut, menyuruh saya bersembunyi di baliknya, kemudian dia akan mencari-cari saya di tempat-tempat yang lain. Di dalam lemari, di bawah meja, di toilet, di dapur, di balik gorden, dan akhirnya di tempat yang sejak awal dia ketahui sebagai tempat persembunyian saya. Dia singkapkan selimut itu sambil berteriak, "Oh di sini rupanya, Ifa cari-cari ibu tadi," katanya. Wajah berbinar-binar. Setelah itu ganti, dia yang sembunyi di tempat yang sama, saya yang mencari. Sambil pura-pura sibuk mencarinya dengan suara ribut, saya memanfaatkan giliran itu untuk mengerjakan yang lain, Merebus air, mengumpulkan sampah bekas guntingan kertas yang berserakan di karpet, membaca sedikit lagi novel yang dari tadi hanya bisa dipegang-pegang. "Hanifa di mana ya, kok di dapur nggak ada ya," kata saya sambil mondar-mandir menyelesaikan urusan saya. Setelah beberapa menit saya datangi dia, membuka selimutnya, berharap dia sudah tertidur sementara saya biarkan diam sendiri di sana. Dia bersorak girang karena saya temukan. Setelah itu giliran boneka Bigbird.

Hampir tiap siang kami main itu. Permainan yang keluar dari semua aturan yang diketahui untuk main sembunyian. Hanifa belum mengerti aturannya. Bahkan seruan yang disahutkan di awal permainan itu pun dia salah mengerti.

No comments: