Belakangan ini terlalu sering saya mencatatkan keluhan tentang Hanifa di blog ini. Tidak adil kalau saya tidak mencatat pula momen ketika dia mencengangkan saya dengan sikap baik dan lemah lembutnya. Itu terjadi ketika saya sakit demam lagi karena mastitis hari ini.

Siang ini saya terpaksa hanya terbaring di tempat tidur karena panas badan saya mencapai 38,9 derajat. Penyebabnya adalah mastitis, persis seperti yang saya alami dua minggu setelah kelahiran Rasyad. Saya jadi tidak bisa menemani Hanifa bermain, atau membantu dia mengambilkan apa-apa yang dibutuhkannya.

Saya memperkirakan Hanifa akan jadi senewen dan marah-marah menghadapi keadaan itu, seperti hari-hari biasa. Tapi rupanya dugaan saya meleset. Dengan keajaiban yang entah datang dari mana, dia jadi anak yang sangat berbeda dari biasanya. Dia bilang pada saya, "Ibu istirahat di tempat tidur saja ya, Hanifa mau main sendiri."

Kemudian dia keluarkan balok-balok dari lemari. Dia main balok-balok itu sendiri, membuat kota-kotaan seperti yang kami bikin bersama kemarin sore. Salah satu rancangan baloknya dia bawa kepada saya. "Ini hadiah untuk ibu," katanya. Setelah bosan main balok, dia keluarkan beberapa puzzle dan dia main puzzle sendiri. Selama dia bermain beberapa kali say mencoba bangkit untuk memperhatikan, tapi dia menyahuti dengan perkataan seperti tadi, "Ibu istirahat aja ya."

Hati saya merasa hangat dengan ucapan-ucapannya itu. Justru dengan perkataannya itu saya jadi makin ingin menemani dia, ingin melakukan sesuatu untuk dia meskipun harus bersusah payah. Saya terharu, dia ternyata seorang anak yang lembut hati dan mampu berempati ketika berhadapan dengan penderitaan orang lain.

No comments: