Setelah reda sebuah tangisan yang cukup lama dan berat, Hanifa menatap wajah saya lekat-lekat. Matanya terbuka lebar seperti baru melihat saya untuk pertama kali, seperti mencari-cari apa yang berbeda atau kaget bahwa saya ada di dekatnya. Tapi saya memilih untuk menduga bahwa dia ingin melihat dengan baik sosok yang begitu menenteramkan hatinya ketika dia sedang galau, yang ketika berada di dekatnya membuat dia merasa tenang dan aman, ehmmm.
Kadang-kadang Hanifa minta dipijit punggungnya. Ketika jari saya menyentuh punggungnya yang tipis, tulang-tulang yang terasa halus dan seperti rapuh, saya berpikir apakah nanti ketika dia sudah besar dan saya mulai tua, dia juga akan memijit punggung saya seperti ini. Apakah nanti dia akan tumbuh menjadi anak yang tetap dekat dan gembira bersama orangtuanya....
No comments:
Post a Comment